MLM (Multi Level Marketing)

MLM ??

Sering banget orang-orang yang nawarin bisnis MLM ke kamu?

Tapi kamu gak tau mLm itu apah, Lets check aLL about MLM in this article!!

MLM adalah singkatan dari Multi Level Marketing. Istilah ini menunjuk pada system bisnis, dimana pemasaran produk atau jasa dilakukan oleh individu yang indepeden (artinya tidak terikat kontrak kerja dengan perusahaan pengelola bisnisnya). Individu ini lalu memebentuk sebuah jaringan kerja untuk memasarkan produkatau jasa. Dan hasil penjualan pribadi da jaringan, setiap bulan perusahaan akan memperhitungkan bonus atau komisi sebagai hasil usahanya. Karena MLM dijalnkan menggunakanmekanisme pemasaran dijaringan, maka MLM juga sering disebut Network Marketing.

Kenapa banyak orang menjalankan bisnis MLM ? Baca lebih lanjut

Manajemen Perawatan

Menurut Ebeling (1997), perawatan (maintenance) didefinisikan sebagai aktivitas agar komponen/sistem yang rusak akan dikembalikan/diperbaiki dalam suatu kondisi tertentu pada periode tertentu. Manajemen perawatan bertujuan untuk mempelajari, mengidentifikasi, mengukur, dan menganalisis serta memperbaiki kerusakan fungsi operasional suatu sistem dengan meningkatkan umur pakainya, mengurangi probabilitas kerusakan dan mengurangi downtime, yang pada akhirnya akan meningkatkan ketersediaan sistem tersebut untuk operasi. Manajemen perawatan selalu berhubungan dengan reliabilty, dan reliabilty pun selalu berhubungan dengan failure, karena walaupun suatu sistem atau komponen telah didesain, diproduksi, dan dioperasikan secara benar, tetapi kemungkinan kerusakan fungsional akan tetap ada.

Perawatan Pencegahan (Preventive Maintenance)

Preventive maintenance adalah aktivitas perawatan yang dilakukan sebelum sebuah komponen atau sistem mengalami kerusakan dan bertujuan untuk mencegah terjadinya kegagalan fungsi. Tujuan preventive maintenanace adalah sebagai berikut :

1. Mencegah atau meminimasi akibat terjadinya kegagalan

2. Mendeteksi kegagalan

3. Menemukan kegagalan tersembunyi

4. Meningkatkan reliabilty dan availability komponen atau sistem tersebut. Baca lebih lanjut

Konsep Dasar Produksi

Produksi dapat didefinisikan sebagai aktivitas yang dilakukan untuk mengolah atau membuat bahan mentah atau bahan setengah jadi menjadi barang jadi untuk memenuhi kebutuhan pelanggan.Produksi dapat juga diartikan sebagai tindakan intensional untuk menghasilkan sesuatu yang berguna.
Proses Produksi
Proses produksi merupakan proses perubahan masukan menjadi keluaran. Macam barang yang dikerjakan di unit produksi banyak sekali sehingga macam proses yang ada juga banyak. Pada umumnya proses produksi dibagi menjadi dua yaitu: Baca lebih lanjut

Stres, Pertanda Punya Tanggung Jawab

Stres, Pertanda Punya Tanggung Jawab
Jangan terlalu risau jika mengalami stres berkaitan dengan pekerjaan atau tugas. Sebab, itu sebenarnya merupakan pertanda bahwa yang Anda memiliki tanggung jawab terhadap peran dan tugas anda.
Kita stres karena kita punya tanggung jawab. Kalau tidak (bertanggung jawab), kita pasti akan cuek saja sama pekerjaan. Stres timbul akibat perbedaan antara harapan dan pencapaian. Kita stres karena tidak semua harapan terpenuhi, bahkan stres lebih sering muncul sebagai hasil pikiran manusia, dan bukannya sesuatu yang “nyata”. Manusia zaman dulu stres dengan penyebab yang konkret, misalnya keluar dari gua harus menghadapi harimau, atau karena problem kekurangan makan. Tapi, sekarang kita stres karena beban pikiran.
Dengan kata lain, pikiran perlu dikontrol agar stres berkurang. Namun, kabar baiknya, bahwa secara alami manusia memiliki pengalaman untuk menghadapi stres. Sayangnya, tidak banyak orang yang bersedia meluangkan waktu untuk mereview dan merenungkannya. Misalnya bagi seorang karyawan, sebab-sebab stres yang biasa menghinggapi antara lain, yakni meliputi konflik peran, promosi dan kemajuan karier, tugas baru, beban kerja serta ketidakjelasan tanggung jawab.

Mengelola Konflik dengan Rekan
Sebagian besar waktu dalam hidup kita dihabiskan bersama rekan atau partner kita di kampus atau organisasi. Atasan, dan teman-teman merupakan orang-orang yang sehari-hari berinteraksi dengan kita. Kehidupan di kampus menciptakan sebuah pergaulan yang tidak kalah “intens” dengan pergaulan sosial lainnya, seperti di sekolah atau dalam bertetangga. Kadang ada gosip, lain kali terjadi pertengkaran dan pada saat yang lain lagi kita “merasa perlu” untuk mendiamkan teman sekampus/organisasi kita karena suatu masalah yang kita anggap sudah sampai pada taraf untuk malas bertegur sapa dengan yang bersangkutan.

Dalam perspektif “pergaulan sosial” tadi, konflik di lingkungan merupakan hal yang wajar. Dalam arti, mungkin dan bisa saja terjadi. Mengingat, kampus/organisasi berisi orang-orang yang datang dari berbagai latar belakang yang berbeda-beda. Dari pendidikan hingga karakter pribadi. Idealnya, tentu saja, berbagai perbedaan itu bisa dijadikan sebagai penguat dalam hubungan kerja. Tapi, pada sisi lain, perbedaan di mana-mana sering menjadi bibit perselisihan. Jika itu yang terjadi, maka kita perlu pandai-padndai mengenali perbedaan-perbedaan tersebut, untuk kemudian mencoba mengatasinya agar tidak menjadi potensi konflik.

Hal pertama yang perlu kita perhatikan dalam mangelola konflik di kampus/organisasi adalah menahan diri. Cukup sederhana kedengarannya, tapi ini tidak mudah dilakukan. Setiap orang punya ego (yang besar) dan masing-masing dari kita punya kecenderungan untuk mendesakkan dan mempertahankan ego kita, mengungguli ego orang lain. Ibaratnya, kalau bisa ngotot mengapa harus mengalah. Jelas itu prinsip yang salah. Cobalah untuk senantiasa menahan diri, terutama tentu saja pada saat-saat yang gawat, genting, di tengah perdebatan sengit atau pun dalam situasi-situasi yang tidak menyenangkan.

Jika Anda merasa sangat kesal, jengkel, marah kepada teman, jangan berlama-lama berada di dekat orang tersebut; segera tinggalkan ruangan. Jika situasi tidak memungkinkan Anda untuk melakukannya, misalnya karena sedang meeting dan Anda harus berada di situ sampai selesai, berusahalan untuk diam. Jangan sekali-kali berteriak, membentak atau lebih-lebih menggebrak meja, membanting atau melempar benda-benda. Setelah berusaha untuk menahan diri dari kemarahan, langkah selanjutnya Anda perlu mengontrol emosi. Wah, ini lebih susah lagi. Tapi, tenang saja, inilah caranya:

— Cobalah untuk memahami perasaan lawan bicara, ini akan membantu Anda menghindari tindakan yang kontra-produktif.

— Pengalaman masa lalu bisa membantu untuk mencari solusi atas konflik yang muncul sekarang. Ingat-ingatlah, apakah Anda pernah mengalami kemarahan yang sama sebelumnya.

— Petakanlah arti hubungan Anda dengan teman-teman Anda, ini akan membantu Anda menempatkan konflik pada jalur yang benar, bukan sekedar mengumbar emosi. Tanyakan pada diri Anda, seberapa penting sebetulnya lawan bicara yang tengah berkonflik dengan Anda. Jangan sampai Anda bertengkar hebat dengan teman yang sudah sekian tahun bersama-sama hanya untuk urusan kecil.

— Tanyakan, apa lagi yang tengah Anda alami selain konflik dengan rekan Anda itu? Jangan-jangan Anda memang tengah dalam tekanan masalah di luar pekerjaan.

— Tanyakan, apa yang Anda peroleh dari konflik tersebut? Jawaban dari pertanyaan ini akan membantu Anda memahami motif Anda yang sebenarnya. Jangan-jangan, Anda bertengkar semata-mata hanya karena tak ingin jatuh gengsi, misalnya.

— Tanyakan juga, apa yang hendak Anda pertaruhkan dengan konflik tersebut? Kalau bukan persoalan yang memang krusial, jangan menghabiskan energi hanya untuk bertengkar. Mengevaluasi kemungkinan-kemungkinan yang bisa terjadi akan membantu Anda membuat keputusan yang tepat.

sumber http://www.portalhr.com